BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Organisasi merupakan suatu kegiatan usaha, baik itu organisasi yang
menyediakan jasa maupun organisasi yang melakukan produksi, yang dilakukan oleh
sekelompok orang yang terlibat dalam organisasi tersebut. Dalam proses menjalankan
organisasi, tidak bisa dinafikkan kalau orang - orang yang terlibat di dalamnya
memiliki warna yang berbeda dan kepentingan yang berbeda pula.
Namun dari semua perbedaan tersebut hal yang terpenting adalah
bagaimana agar semua itu sesuai dengan visi dan misi organisasi oleh karena itu
dibutuhkan sistem pengendalaian yang baik dan dilakukan secara konsisten dan
sistematis dengan tujuan untuk memperkecil bentuk-bentuk kepentingan tersebut
demi tercapainya tujuan dan kepentingan organisasi yang apabila dibawa
dalam ekonomi ada yang dikatakan akuntansi keperilakuan yang lebih
terfokus pada laporan kinerja atau laporan prilaku karyawan, sebagai pengawas
perusahaan atau organisasi.
Berdirinya suatu organisasi, tentu telah terlebih
dahulu dirumuskan tujuan yang akan dicapai untuk kepentingan bersama.
Pencapaian tujuan organisasi sangat dipengaruhi oleh perilaku manusia dalam
organisasi, (Supriyono, 1999; 135).
Ketika organisasi menjadi bertambah besar, garis
pertanggungjawaban menjadi lebih besar dan lebih banyak. Struktur tradisional
menjadi tidak praktis. Praktek kontemporer saat ini sedang bergerak menuju
suatu hierarki yang datar (Hansen & Mowen, 1999; 62). Struktur ini, yang
mengandalkan tim-tim kerja, konsisten dengan desentralisasi. Oleh karena itu
penerapan metode-metode dan teknik-teknik akuntansi manajemen harus
mempertimbangkan perilaku manusia.
Dalam akuntansi keprilakuan yang berbicara tentang perilaku selalu
berbarengan dengan akuntansi pertanggung jawawban dimana merupakan
penjelas akuntansi perencanaan, pengukur, pengevaluasi kinerja
organisasi, pemegang kendali bagi orang-orang yang bertanggung jawab
menjalankan operasi dan jawaban bagi setiap masalah umum pada akuntansi
managemen, serta merupakan komponen penting dari sistem pengendalian sebab pada
laporan pertanggung jawababn mencakup semua aspek perilaku yang akan
dikendalikan oleh perusahaan.
Akuntasi managemen sendiri adalah Penyatuan bagian manajemen
yang mencakup, penyajian dan penafsiran informasi yang digunakan untuk perumusan
strategi, aktivitas perencanaan dan pengendalian, pembuatan keputusan,
optimalisasi penggunaan sumber daya, pengungkapan kepada pemilik dan pihak
luar, pengungkapan kepada pekerja, pengamanan asset. sumber: Chartered
Institute of Management Accountant (1994:30).
Akuntansi manajemen dibangun di atas dasar perilaku
manusia dalam organisasi. Pengetahuan tentang perilaku, membangun manajemen
untuk mempengaruhi perilaku para individu maupun kelompok dalam organisai
kearah tujuan yang diinginkan oleh manajemen. Untuk tujuan tersebut, akuntansi
manajemen hendaknya mengadaptasikan perilaku manusia tersebut kedalam sistem
pelaporan internal sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan kemauan
individu-individu dan kelompok dalam organisasi yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi peningkatan prestasi mereka.
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu
bidang dari akuntansi manajemen yang dihubungkan dengan wewenang yang dimiliki
oleh setiap manajer atau dengan kata lain akuntansi pertanggungjawaban merupakan
media pengendalian biaya atau pendapatan dengan menghubungkan biaya atau
pendapatan dengan tempat dimana biaya atau pendapatan tersebut dikeluarkan atau
diperoleh oleh penanggungjawab dari tempat tersebut.
Pertanggungjawaban merupakan kewajiban untuk melaksanakan
pekerjaan yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya hanya dapat diterapkan pada
manusia dan pertanggungjawaban ini muncul akibat adanya hubungan antara atasan
dengan bawahan. Dengan demikian, terdapat hubungan yang erat antara struktur
organisasi dan sistem akuntansi pertanggungjawaban. Idealnya sistem akuntansi
pertanggungjawaban mencerminkan dan mendukung struktur dari sebuah organisasi.
Dari penjabaran diatas maka kelompok III mahasiswa
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Bengkulu
tahun 2013 menyusun paper ini yang berjudul “ASPEK PERILAKU PADA AKUNTANSI
MANAJEMEN DAN AKUNTASNI PERTANGGUNGJAWABAN” guna memenuhi tuntutan tugas mata
kuliah Akuntansi Perilaku pada semester V tahun 2013 oleh Dosen pengampuh Bapak
Thansi SE. M,si.
Paper ini akan dimulai dengan penjelasan aspek-aspek
perilaku dalam organisasi, akuntansi manajemen dan akuntansi pertanggungjawaban
dan semoga paper ini dapat berguna sebagai acuan paper lainya yang berkaitan
dengan judul paper ini kedepannya.
1.2
Rumusan
Masalah
Makalah ini hanya membahas dalam konteks
ruang lingkup “ ASPEK PERILAKU PADA AKUNTANSI MANAJEMEN DAN AKUNTASNI PERTANGGUNGJAWABAN
”
1.3
Tujuan
Penulisan
Tujuan dari pada paper ini adalah untuk
memberikan penjelasan kepada mahasiswa terhadap ASPEK PERILAKU PADA AKUNTANSI
MANAJEMEN DAN AKUNTASNI PERTANGGUNGJAWABAN”.
1.4
Manfaat
Penulisan
Manfaat dari pada penyusunan paper ini
adalah mahasiswa mamahami ”ASPEK PERILAKU PADA AKUNTANSI MANAJEMEN DAN
AKUNTASNI PERTANGGUNGJAWABAN dan mampu mengaplikasikan dan mengimplementasikan
dalam kehidupan dunia kerja nantinya secara baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Aspek-aspek
perilaku dalam organisasi
Berbicara
pengertian perilaku organisasi, banyak ahli memberikan definisi. Pendapat pertama menurut Toha (2001) bahwa yang
dimaksud perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek
tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu.
Menurut Robbin (2001) bahwa perilaku organisasi adalah suatu bidang studi
yang menyelidiki dampak perorangan, kelompok dan struktur pada perilaku dalam
organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki
keefektifan organisasi.
Studi tersebut mencakup pembahasan tentang aspek
yang ditimbulkan dari pengaruh organisasi terhadap manusia yang bekerja di
dalamnya ; juga aspek yang ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap
organisasi dimana mereka berada. Tujuannya adalah memperlancar upaya
pencapaian tujuan organisasi.
2.2 Unsur utama perilaku oeganisasi
1. aspek
psikologi tindakan manusia itu sendiri sebagai hasil studi psikologi.
2. adanya
bagian lain yang diakui cukup relevan bagi usaha mempelajari tindakan manusia
dalam organisasi. uang misalnya merupakan salah satu faktor pertimbangan
mengapa seseorang memasuki organisasi, oleh sebab itu ilmu ekonomi perlu juga
mendapat perhatian psikologi.
3.
perilaku organisasi sebagai suatu disiplin mengakui
bahwa individu dipengaruhi oleh bagaimana di atas dan siapa yang mengawasi
mereka. oleh sebab itu struktur organisasi menyerap peranan penting dalam
membahas perilaku organisasi
4.
walaupun disadari akan adanya keunikan masing masing
individu, perilaku organisasi lebih banyak menekankan pada tuntutan manajer
bagi tercapainya tujuan organisasi secara keseluruhan. dengan demikian selalu
diusahakan agar usaha masing masing individu selaras dengan tujuan organisasi
Dari uraian di atas, dapatlah disimpulkan
beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan, pertama perilaku
organisasi adalah suatu bidang yang interdisipliner dan yang memanfaatkan hasil
dari cabang ilmu yang lain. kedua walaupun mendapat timbangan dari ilmu yang
lain, bidang ilmu ini tetap dapat berdiri sendiri, karena pusat perhatiannya
pada manusia dalam berorganisasi. ketiga perilaku organisasi memberikan arahan
dan petunjuk bagi pencapaian tujuan dengan lebih balk. hal berbeda dengan
psikologi dan organisasi sosiologi yang hanya memberi bantuan untuk dapat
mengerti dan menguraikan tindakan seseorang atau kelompok, sedangkan perilaku
organisasi berhubungan dengan pemanfaatan pengetahuan bagi pencapalan tujuan
organisasi sebagaimana yang diharapkan.
2.1.1
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku organisasi
a. Peningkatan produktifitas
Organisasi dikatakan produktif jika
tujuan dapat dicapai dan proses pencapaian tersebut dilakukan dengan merubah
masukan menjadi keluaran dengan biaya yang paling rendah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa produktifitas berhubungan dengan keefektifan dan keefisienan.
b. Pengurangan kemangkiran
Kemangkiran adalah tindakan tidak
masuk kerja tanpa alasan. Tingkat kemangkiran yang tinggi dapat berdampak
langsung pada keefektifan dan efisiensi organisasi.
c. Penurunan Turn Over
Turn over adalah pengunduran diri
secara permanen dari organisasi.
d. Peningkatan kepuasan kerja
Kepuasan
kerja adalah perbedaan antara banyaknya ganjaran yang diterima karyawan dan
banyaknya yang mereka yakini harus mereka terima. Karyawan dikatakan merasakan
puas bila perbedaan bernilai positif secara perhitungan matematis.
Perilaku
organisasi merupakan suatu bidang studi yang menyelidiki dampak perorangan,
kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan
pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki keefektifan organisasi. Apa yang
dipelajari, yaitu bagaimana perilaku: perorangan (individu) kelompok struktur.
2.1.2
Tiga Dimensi Perilaku organisasi
a.
Dimensi
Konsep
Dimensi
konsep mencakup ilmu pngetahuan, sosiologi, antropologi budaya, dan seluaruh
elemen sosial yang mempengaruhi berdirinya ilmu pengetahuan yang saling
berkaitan.
b.
Dimensi
Sistem
Dimensi
sistem mencakup bagaimana proses manajemen yang dilakukan untuk melakukan suatu
kegiatan secara efektif dan efisien yang di kemas dengan pendekatan-pendekatan
matematis atau logika.
c.
Dimensi
Manusia
Dimensi
manusia adalah faktor penentu dalam organisasi yang tercermin dari ilmu
psikologi. karena, adanya organisai adalah adanya manusia.
(Miftah Toha dan Reni Rosari, UGM)
(Miftah Toha dan Reni Rosari, UGM)
Ketiga
dimensi diatas mencakup filosofi dasar lahirnya ilmu perilaku organisai yang
terdiri dari muliti disiplin ilmu (antroplogi kultural, sosiologi, psikologi
dan manjemen) sehingga dengan penedekatan ilmu-ilmu tersebut perilaku organisai
dapat dibahas. Dalam tataran konsep ilmu ini membahas seluruh kegiatan
organisai yang di dalamnya terdapat perilaku manusia, budaya, sosial dan sistem
yang mendukung adanya organisasi tersebut. sehingga antara manusia dan
organisasi dapat saling mempengaruhi.
2.1.3
Kaitan antara Perilaku Organisasi dengan Sistem
Pengendalian Manajemen
Sistem pengendalian manajemen mempengaruhi perilaku manusia. Sistem
pengendalian manajemen yang baik mempengaruhi perilaku yang sedemikian rupa
sehingga memiliki tujuan yang selaras, artinya tindakan-tindakan individu
yang dilakukan untuk meraih tujuan-tujuan pribadi juga akan membantu untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Sistem
formal dapat dibagi ke dalam dua kategori yaitu “aturan-aturan” dalam arti
luas, dan metode-metode sistematis untuk perencanaan dan memepertahankan
pengendalian. Tujuan utama dari system pengendalian manajemen adalah memastikan
(sejauh mungkin) tingkat “keselarasan tujuan” yang tinggi. Dalam proses yang
sejajar dengan tujuan, manusia diarahkan untuk mengambil tindakan yang sesuai
dengan kepentingan pribadi mereka sendiri, yang sekaligus juga merupakan
kepentingan perusahaan.
Dalam
mengevaluasi praktik pengendalian manajemen, ada dua pertanyaan penting yang
diajukan :
a.
Tindakan apa yang memotivasi orang untuk bertindak
demi kepentingan diri mereka sendiri?
b.
Apakah tindakan ini sesuai dengan kepentingan
organisasi tersebut?
c.
Faktor-faktor informal yang mempengaruhi keselarasan
tujuan.
Hal yang
perlu diperhatikan oleh para perancang sistem pengendalian formal adalah
aspek-aspek yang berkaitan dengan proses informal, seperti etos kerja, gaya
manajemen, dan budaya yang melingkupi karena untuk menjalankan strategi
organisasi secara efektif mekanisme formal harus berjalan seiring dengan
mekanisme informal. Oleh karena itu sebelum sistem informal didiskusikan akan
diuraikan factor-faktor informal baik yang bersifat internal maupun eksternal
yang memainkan peranan kunci dalam rangka meraih keselarasan dengan tujuan
perusahaan.
2.2
Ruang
lingkup Akuntansi Manajemen
2.2.1
Definisi
Akuntansi Manajemen
Akuntansi Manajemen Adalah : Bagian dari akuntansi
yang mengolah dan memberikan informasi kepada manajer dalam suatu organisasi,
membantu dalam perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengawasan.
Menurut Halim dan Supomo (2000 : 3) menyatakan bahwa akuntansi
manajemen adalah Suatu kegiatan ( proses ) yang menghasilkan informasi
keuangan bagi manajemen untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam
melaksanakan fungsi manajemen.
Sedangkan menurut Mulyadi (2001 : 2) menyatakan
bahwa pengertian
akuntansi manajemen adalah informasi keuangan yang merupakan
keluaran yang dihasilkan oleh tipe akuntansi manajemen, yang dimanfaatkan
terutama oleh pemakai intern organisasi.
Akuntansi manajemen sebagai
suatu sistem pengolahan informasi keuangan dimaksudkan sebagai suatu proses
pengolahan informasi untuk memenuhi kebutuhan manajemen dalam melaksanakan
fungsi perencanaan, koordinasi dan pengendalian organisasi. Sedangkan
akuntansi manajemen sebagai suatu tipe informasi dimaksudkan sebagai
penggambaran informasi yang dihasilkan oleh pengolahan informasi keuangan.
Informasi marupakan suatu fakta, data pengamatan, persepsi atau sesuatu yang
lain yang menambah pengetahuan. Informasi diperlukan manusia untuk mengurangi
ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan selalu
menyangkut masa yang akan datang, yang mengandung ketidakpastian, dan selalu
menyangkut pemilihan suatu alternative tindakan diantara sekian banyak
alternative yang tersedia.
2.2.2
Konsep
Akuntansi Manajemen
Akuntansi manajemen diperlukan oleh manajemen untuk
melaksanakan dua fungsi pokok manajemen: perencanaan
dan pengendalian aktivitas perusahaan.
Informasi akuntansi manajemen dihasilkan oleh sistem pengolahan informasi
keuangan yang disebut akuntansi
manajemen.
Informasi akuntansi manajemen disajikan kepada
manajemen perusahaan dalam berbagai laporan
keuangan seperti anggaran, laporan penjualan, laporan biaya produksi, laporan
biaya menurut aktivitas, laporan biaya menurut pusat pertanggungjawaban dan
laporan biaya mutu (quality cost report), laporan biaya daur hidup produk (
product-life-cycle cost ), biaya penambah dan bukan penambah ) value-and non-value-added
cost ), laporan biaya pemasaran.
Informasi akuntansi manajemen dibutuhkan oleh
manajemen berbagai jenjang organisasi, untuk menyusun aktivitas perusahaan dimasa yang akan datang.
Kegiatan perencanaan
meliputi pengambilan keputusan pemilihan alternatif
tindakan dari berbagai alternatif yang
mungkin dilaksanakan di masa yang akan datang. Pengambilan keputusan itu sendiri pada dasarnya meliputi kegiatan perumusan masalah, penentuan
berbagai alternative tindakan untuk memecahkan masalah tersebut, analisis
konsekuensi setiap alternatif tindakan yang mungkin akan dilakukan dan
pembandingan berbagai alternative tindakan tersebut sehingga dapat dilakukan
pemilihan alternative yang terbaik yang akan dilaksanakan dimasa yang akan
datang.
Informasi akuntansi manajemen sangat bermanfaat bagi
manajemen terutama pada tahap analisis konsekuensi setiap alternatif yang
mungkin dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Hal ini memungkinkan
manajemen melakukan pengambilan keputusan untuk memilih alternatif tindakan
yang terbaik diantara alternatif tindakan yang dipertimbangkan.
Jadi prinsip akuntansi manajemen :
1.
membantu manajer menjalankan peran mereka dalam
melakukan kegiatan perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan.
2.
Informasi
akuntansi manajemen untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah, dan untuk mengevaluasi kinerja
2.2.3
Peranan Akuntansi Manajemen dalam Organisasi dan Peranan
Informasi bagi Manajer.
Organisasi dan Sasarannya, Organisasi
dapat didefenisikan sebagai sekelompok orang yang menyatu bersama karena
beberapa tujuan bersama. Tujuan bersama yang mengarahkan kerja organisasi
disebut sasaran organisasi. Tidak semua organisasi mempunyai sasaran yang sama
namun sebagian besar organisasi mempunyai sasaran untuk memperoleh keuntungan.
(Ray, H, Garrinson, D.B.A, Akuntansi Manajemen 1987).
Selain
sasaran untuk memperoleh keuntungan dari dana yang telah ditanamkan pada
perusahaan, organisasi/perusahaan juga mempunyai sasaran lain yaitu ingin
memperoleh dan mempertahankan reputasi integritas, wajar, dan dapat dipercaya.
Perusahaan ingin juga menjadi suatu kekuatan yang positif dalam lingkungan
social dan ekologi tempat perusahaan menjalankan aktifitas.
2.2.4
Akuntansi Manajemen sebagai suatu Tipe Informasi
Akuntansi
Manajemen dipandang sebagai suatu tipe akuntansi yang merupakan suatu proses
untuk mengolah informasi keuangan untuk memenuhi keperluan para manajer dalam
perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi. Informasi adalah suatu data, fakta, pengamatan, persepsi atau
sesuatu yang lain yang menambah ilmu pengetahuan.
Definisi
lain menyebutkan informasi adalah data yang sudah diolah, atau dengan kata lain
hasil olahan data yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Informasi ini
berbeda dengan berita atau issue. Pemerolehan informasi dapat dari berbagai
sumber baik eksternal maupun internal. Karakteristik informasi yang
berkualitas :
1. Tepat waktu : Informasi harus tepat waktu karena apabila informasi
datang terlambat maka informasi tersebut tidak berguna lagi. Ketepatan waktu sangat
diperlukan manajemen dalam persaingan global.
2.
Relevan : Relevan
adalah kesesuaian informasi tersebut dengan kebutuhan
manajemen. Informasi yang relevan akan sangat mendukung
manajemen dalam pengambilan keputusan.
3.
Akurat : Informasi
yang akurat akan menjamin ketepatan dalam pengambilan
keputusan manajemen.
4.
Broadscope
: adalah
keluasan informasi. Dengan informasi yang luas, manajemen
dapat meminimalisir resiko yang mungkin timbul dari keputusan yang dibuat.
2.2.5
Pengertian Informasi Akuntansi Manajemen
Informasi
akuntansi manajemen mengacu pada proses perbaikan nilai secara terus menerus
untuk menambah nilai produk atau jasa yang berkaitan dengan rencana, desain,
ukuran dan operasi system informasi financial dan nonfinancial yang membimbing
dan mengarahkan tindakan manajemen, memotivasi perilaku, dan mendukung serta
menciptakan nilai budaya yang diperlukan untuk mencapai sasaran organisasi.
Manfaat Informasi :
1.
Dapat
mengurangi ketidak pastian.
2.
Membantu manajemen untuk bertindak lebih baik.
3.
Membantu manajemen untuk mengenali lingkungan internal
maupun eksternal.
4.
Membantu manajemen dalam penilaian kinerja.
5.
Membantu
perencanaan manajemen.
6.
Memotivasi
Manajemen.
2.2.6
Jenis
Informasi Akuntansi Untuk Manajemen
1. Akuntansi Biaya Penuh (Full Cost Accounting)
Ialah jumlah seluruh biaya langsung yang berkenaan dengan item tersebut
ditambah bagian yang layak dibebankan pada item tersebut dari biaya tidak
langsung. Full Cost
bisa berbentuk :
1.
Biaya
Produksi Berdasarkan Full Costing + Biaya Pemasaranl + Biaya Administrasi
2.
Biaya
Produksi berdasarkan Variable Costing + Pemasaran Tetap + Biaya Administrasi
Tetap.
3.
Unit Level
Activity Cost + Batch Level Activity Cost + Product Level Aktivity Cost +
Facility Level Activity Cost
2. Akuntansi Biaya Diferensial (Differensial Accounting)
Ialah
informasi keuangan yang akan digunakan dalam membantu untuk menentukan
alternatif mana yang dipilih, dimana biaya-biaya yang berbeda antara satu set
kondisi/alternatif yang satu dengan kondisi yang lain dan merupakan biaya yang
akan dating. Contoh :
1.
Informasi-informasi
yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan membeli atau membuat
2.
Informasi
yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan menjual atau memproses lebih lanjut
3. Akuntansi Pertanggung jawaban (Responsibility Accounting)
Ialah informasi keuangan dengan tujuan untuk pengendalian biaya, dimana
setiap pusat pertanggungjawaban yang dipimpin seorang manajer (pimpinan)
bertanggung jawab atas pelaksanaan perencanaan yang telah dibuat. Contoh :
1.
Informasi
menganai jumlah biay yang telah dikeluarkan dari suatu departemen/Divisi
2.
Informasi
mengani Keuntungan yang diperoleh Kantor
Cabang di Jakarta
2.2.7
Peranan Akuntansi Manajemen bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam Organisasi
Secara
hirarki manajemen dapat dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu manajemen atas (senior
executive), manajemen menengah (middle management), dan manajemen bawah (operational
level). Masing-masing tingkatan ini membutuhkan informasi yang
berbeda-beda. ( Samsryn, L.M, Akuntansi Manajerial
Suatu Pengantar 2002). Contoh : Pada
organisasi bengkel supervisor merupakan
manajemen tingkat bawah (operational level). Tugas supervisor adalah memeriksa
sepeda motor dll. Informasi yang dibutuhkan adalah jumlah kerusakan, keseringan
kerusakan, jumlah komponen yang dibutuhkan dan sebagainya.
Sementara
manajer bengkel merupakan tingkatan manajemen menengah, informasi yang
dibutuhkan berbeda dari level operasional. Level menengah membutuhkan informasi
seperti yang berkaitan dengan cara meningkatkan pendapatan (laba) perusahaan.
Manajemen tingkat menengah ini lebih terfokus pada cara atau strategi yang
dapat meningkatkan laba perusahaan.
Sedangkan
pemilik (owner) atau jajaran direksi merupakan contoh dari manajemen atas
(senior executive). Pada level ini membutuhkan informasi tentang bagaimana cara
untuk menyusun strategi mempertahankan market share bengkel, memperbesar omset
perusahaan, diversifikasi perusahaan, loyalitas dan kepuasan pelanggan dan
sebagainya. Tampak jelas pada contoh diatas bahwa masing-masing
tingkatan manajemen perusahaan membutuhkan informasi berbeda satu dengan
lainnya.
2.2.8
Peranan informasi bagi manajer
Seperti
yang telah kita ketahui informasi sangat berperan dalam pembuatan keputusan
bagi manajer, karena manajer merupakan pimpinan dan peserta aktif dalam proses
perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Oleh karena itu manajer
sangat berperan penting dalam pengambilan keputusan dan mengarahkan organisasi
agar dapat mencapai sasaran.
Sedangkan
informasi itu sendiri merupakan “mesin” yang membuat manajemen berjalan. Dalam
ketiadaan aliran informasi yang kontinyu manajemen akan menjadi tidak berdaya
dalam melakukan sesuatu. Oleh karena itu, organisasi diharuskan memiliki
jaringan yang luas, agar memungkinkan berbagai tingkat manajemen dapat
berhubungan melalui saluran komunikasi tersebut. Dengan
adanya informasi yang actual dan terpercaya maka manajer dapat mengambil
keputusan dengn lebih terarah dan efektif.
2.2.9
Perilaku Etis Akuntan Manajemen
Perilaku
etis melibatkan pemilihan tindakan-tindakan yang benar dan sesuai serta tepat.
Tingkah laku kita mungkin benar atau salah, sesuai atau menyimpang, dan
keputusan yang kita buat dapat adil atau berat sebelah. Orang sering berbeda
pandangan terhadap arti istilah etis, tetapi nampaknya terdapat suatu prinsip
umum yang mendasari semua system etika.
Ada 10 (sepuluh) nilai inti, menurut
James W. Bracker, penulis ‘Ethics Column’ :
1. Kejujuran (honesty)
2. Integritas (integrity)
3. Memegang janji
(promise keeping)
4. Kesetiaan (fidelity)
5. Keadilan (fairness)
6. Kepedulian terhadap
sesama (caring for others)
7. Penghargaan kepada
orang lain (respect for others)
8. Kewarganegaraan dan
bertanggung jawab (responsible citizenship)
9. Pencapaian
kesempurnaan (pursuir of excellence)
10. Akuntabilitas
(accountibillity)
IMA
(Instititute of Management Accountants) mengeluarkan pernyataan tentang standar perilaku etis akuntan
manajemen. Standar tersebut adalah sebagai berikut :
1)
Kompetensi
Akuntan manajemen
bertanggungjawab untuk :
a)
Menjaga tingkat kompetensi professional yang dimiliki
dengan terus menerus mengembangkan pengetahuan dan keahliannya.
b)
Melakukan tugas-tugas profesionalnya sesuai dengan hokum,
peraturan, dan standar teknis yang berlaku.
c)
Menyusun laporan dan rekomendasi yang lengkap serta jelas
setelah melakukan analisis yang benar terhadap informasi yang relevan dan dapat
dipercaya.
2)
Kerahasiaan
Akuntan manajemen
bertanggungjawab untuk :
a) Tidak
membocorkan informasi rahasia tanpa ijin, kecuali diharuskan secara hokum.
b) Memberi
tahu bawahan seperlunya dan memonitor aktivitas mereka untuk menjaga kerahasian
tersebut.
3)
Integritas
Akuntan manajemen bertanggungjawab untuk :
a) Menghindari konflik
kepentingan actual.
b) Menahan
diri dari aktivitas yang akan menimbulkan kecurigaan terhadap kemampuan mereka
untuk melakukam tugasnya secara etis.
c) Menolak
pemberian, penghargaan, dan
keramah-tamahan yang dapat mempengaruhi mereka dalam bertugas.
d) Menahan
diri untuk tidak melakukan penggerogotan terhadap legitimasi organisasi dan
tujuan-tujuan etis, baik secara aktif
maupun pasif.
e) Mengkomunikasikan
berbagai batasan profesional
f) Mengkomunikasikan
informasi yang baik atau buruk dan
penilaian atau opini professional.
4)
Objektivitas
Akuntan manajemen
bertanggungjawab untuk :
a) Mengkomunikasikan
informasi dengan adil dan objektif
b) Mengungkapkan
semua informasi yang relevan dan dapat diharapkan mempengaruhi pemahaman
pengguna terhadap laporan, komentar, dan rekomendasi yang dikeluarkan.
5)
Resolusi konflik etika
Dalam
pelaksanaan standar perilaku etis, akuntan manajemen mungkin menghadapi masalah
dalam mengidentifikasi perilaku yang tidak etis atau dalam menyelesaikan
konflik etika. Ketika menghadapi isu-isu
etika yang penting, akuntan manajemen harus mengikuti kebijakan yang ditetapkan
organisasi dalam mengatasi konflik. Jika kebijakan ini tidak menyelesaikan
konflik etika, akuntan manajemen harus mempertimbangkan tindakan berikut ini :
a) Mendiskusikan
masalah tersebut dengan supervisor kecuali jika masalah tersebut melibatkan
atasannya.
b) Menjelaskan
konsep-konsep yang relevan melalui
diskusi rahasia dengan seorang penasihat yang objective untuk mencapai
pemahaman terhadap tindakan yang mungkin dilakukan.
c) Jika
konflik etika masih ada setelah dilakukan tindakan terhadap semua jenjang,
akuntan manajemen mungkin tidak mempunyai jalan lain kecuali mengundurkan diri
dari organisasi dan memberikan memo yang informative kepada perwakilan
organisasi yang ditunjuk.
d) Kecuali
diperintah secara hukum, mengkomunikasikan masalah tersebut kepada berbagai
otoritas atau individu yang tidak ada hubungan dengan organisasi bukanlah
pertimbangan yang tepat.
2.3
Akuntansi
Pertanggungjawaban (Responsibility Accounting)
2.3.1
Pengertian dan Tujuan Akuntansi
Pertanggungjawaban
Akuntansi
pertanggungjawaban adalah jawaban akuntansi manajemen terhadap pengetahuan umum
bahwa masalah-masalah bisnis dapat dikendalikan secara seefektif mungkin dengan
mengendalikan orang-orang yang bertanggungjawab menjalankan operasi tersebut. (Arfan Ikhsan Lubis. 2010)
Akuntansi
pertanggungjawaban adalah alat fundamental untuk pengendalian manajemen dan
ditentukan melalui empat elemen penting, yaitu pemberian tanggungjawab,
pembuatan ukuran kinerja atau benchmarking, pengevaluasian kinerja, dan pemberian
penghargaan (Hansen dan Mowen,2009).
Akuntansi
pertanggungjawaban bertujuan untuk mempengaruhi perilaku dalam cara tertentu
sehingga seseorang atau kegiatan perusahaan akan disesuaikan untuk mencapai
tujuan bersama. (Hansen dan Mowen, 2009). Memastikan bahwa individu-individu
pada seluruh tingkatan diperusahaan telah memberikan kontribusi yang memuaskan
terhadap pencapaian tujuan perusahaan secara menyeluruh. Hal ini dapat dicapai
dengan membagi-bagi suatu perusahaan ke pusat-pusat pertanggungjawaban
individual (suatu jaringan tanggung jawab) yang memberikan suatu kerangka kerja
untuk pengambilan keputusan secara terdesentralisasidan pasrtisipatif di
tingkat perusahaan dalam menetapkan tujuan kerja. (Lubis, 2010)
Mulyadi,
(2001 : 169) menjelaskan bahwa salah satu tujuan diterapkannya akuntansi
pertanggungjawaban adalah untuk mengendalikan biaya, dengan cara menggolongkan,
mencatat, meringkas, dan menghubungkan langsung dengan pejabat atau orang yang
bertanggungjawab atas terjadinya biaya yang dikendalikan olehnya. Tujuan lain
diterapkannya akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
1.
Dengan akuntansi pertanggungjawaban,
pengelompokkan dan pelaporan biaya dilakukan untuk tiap tingkatan manajemen
hanya dibebani dengan biaya-biaya yang berada dibawah pengendaliannya atau yang
berada dibawah tanggungjawabnya. Dengan demikian biaya dapat dikendalikan dan
diawasi secara efektif dan efisien.
2.
Untuk pengendalian biaya, karena selain
biaya-biaya dan pendapatan diklasifikasikan menurut pusat pertanggungjawabanya,
biaya dan pendapatan yang dilaporkan juga harus dibandingkan dengan anggaran
yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Sehingga akuntansi pertanggungjawaban
juga memungkinkan beroperasinya suatu sistem anggaran dengan baik.
3.
Membantu manajemen dalam pengendalian dengan
melihat penyimpangan realisasi dibandingkan dengan anggaran yang ditetapkan.
4.
Dapat digunakan sebagai salah satu alat
perencanaan untuk mengetahui kriteria-kriteria penilaian prestasi unit usaha
tertentu.
5.
Dapat digunakan sebagai pedoman penting
langkah yang harus dibuat oleh perusahaan dalam rangka pencapaian sasaran
perusahaan.
6.
Dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam
rangka penilaian kinerja (performance) bagian-bagian yang ada dalam
perusahaan, karena secara berkala top manajemen menerima laporan
pertanggungjawaban dari setiap tingkatan manajemen dan top manajer dapat
menilai performance dari setiap bagian dilihat dari ditetapkan untuk setiap
bagian yang menjadi tanggungjawabnya.
2.3.2
Jenis-jenis Pusat
Pertanggungjawaban
Istilah
pusat pertanggungjawaban digunakan untuk menunjukkan unit organisasi yang
dikelola oleh seorang manajer yang bertanggungjawab (Supriyono, 2001).
Penentuan pusat-pusat pertanggungjawaban memerlukan desentralisasi.
Desentraliasi
berarti pendelegasian wewenang pembuatan keputusan pada tingkatan manajemen
yang lebih rendah. Suatu organisasi merupakan kumpulan pusat-pusat
pertanggungjawaban.
Suatu
pusat pertanggungjawaban dibentuk untuk mencapai salah satu atau beberapa
tujuan. Tujuan suatu pusat pertanggungjawaban secara individual diharapkan
dapat membantu pencapaian tujuan suatu organisasi sebagai suatu keseluruhan.
Dalam prakteknya, suatu pusat pertanggungjawaban diserahi tanggungjawab yang
spesifik dan melihat dari luas tanggungjawab yang dipikulnya.
Pusat
Pertanggungjawaban merupakan suatu segmen bisnis yang managernya
bertanggungjawab terhadap serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu. (Hansen dan
Mowem 2009).
Pusat
pertnggungjawaban adalah organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang
bertanggungjawab terhadap aktivitas yang dilakukan. (Anthony dan Govindarajan
2009).
Pusat
pertanggungjawaban dikelompokan dalam empat kategori. Setiap kategori
mencerminkan rentang dan diskresi atas pendapatan dan/atau biaya serta lingkup
pengendalian dari manajer yang bertanggungjawab.(Lubis 2010)
Adapun
Pusat pertanggungjawaban menurut (Lubis 2010) adalah sebagai berikut :
a) Pusat Pendapatan
Jika tangungjawab utama seorang menejer
adalah penghasilan pendapatan, maka segmennya sebaiknya diperlakukan sebagai
pusat pendapatan. Contoh-contoh dari pusat pendapatan meliputi departemen
pemasaran, pusat distribusi, bagian barang jualan di toko serba ada atau tenaga
penjualan individual. Manajer hanya memiliki kendali terhadap biaya pemasaran
langsung dan kinerja mereka akan diukur dalam hal kemampuan mereka untuk
mencapai target penjualan yang ditentukan sebelumnya dalam batasan beban
tertentu. Untuk memperoleh manfaat motivasional dan pengendalian yang efektif, manajer
pusat pendapatan sebaiknya berpartisipasi dalam proses penentuan tujuan dan
menerima umpan balik yang tepat waktu atas hasil kinerja mereka.
b) Pusat Biaya
Pusat biaya merupakan bidang
tanggungjawab yang menghasikan suatu produk atau memberikan suatu jasa. Manajer
uang bertanggung jawab atas pusat biaya memiliki kendali hanya atas penggunaan sumber
daya fisik dan manusia yang diperlukan untuk melaksanakan tugas yang diberikan
kepadanya. Selama proses perencanaan para manajer pusat biaya hanya diberikan
kuota produksi dan dapat berpartisipasi dalam menentukan tujuan biaya yang
realistis dan adil untuk tingkat output yang diantisipasi. Hasil kinerja yang
dilaporkan secara periodik dalam bentuk laporan yang membandingkan biaya aktual
yang terjadi dan biaya yang dianggarkan. Frekuensi dari umpan balik bergantung
pada sensifitas dan materialitas dari faktor-faktor operasional yang berada
dibawa kendalinya. Pusat-pusat biaya merupakan bentuk pusat pertanggungjawaban
yang digunakan secara luas. Secara umum pusat biaya dapat dibedakan menjadi
pusat biaya teknik atau pusat biaya standart dan pusat biaya kebijakan.
c) Pusat Laba
Pusat laba adalah segmen dimana manajer
memiliki kendali, baik atas pendapatan maupun biaya. Tanggung jawab mereka lebih
luas dibandingkan dengan tanggung jawab dari pusat pendapatan dan pusat biaya
karena mereka bertanggung jawab atas fungsi distribusi dan manufaktur.
Contoh-contoh umum dari pusat laba adalah divisi korporat yang memproduksi dan
menjual produknya. Kinerja manajer pusat laba dievaluasi berdasarkan target
laba yang direncanakan seperti tingkat pengembalian minimum yang diharapkan dan
tingkat halangan untuk laba residual. Untuk meningkatkan keprihatinan manajer
terhadap aspek-aspek ini, sistem penghargaan dan evaluasi kinerja sebaiknya
juga memasukan ukuran-ukuran untuk mengevaluasi kinerja mereka dalam hal aspek
jangka panjang dan tingkat keberhasilan yang dalam hal ini sebaiknya
mempengaruhi alokasi penghargaan.
d)
Pusat
Investasi
Manajer pusat investasi bertanggung
jawab terhadap investasi dalam asset serta pengendalian atas pendapatan dan
biaya. Mereka diharapkan mencapai keseimbangan yang sehat antara laba yang
dicapai dan investasi dalam sumber daya yang digunakan. Kriteria yang digunakan
dalam mengukur kinerja mereka dan menentukan penghargaan mereka meliputi
tingkat pengembalian atas asset, hasil perputaran, dan laba residual. Karena
mereka bertanggung jawab terhadap setiap aspek dari operasi, manajer pusat
investasi ini dievaluasi dengan cara yang sama seperti eksekutif puncak.
Karakteristik Akuntansi
pertanggungjawaban antara lain (Adharawati, 2010): Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban, Standar
ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja manajer yang bertanggungjawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu, Kinerja
manajer diukur dengan membandingkan
realisasi dengan anggaran, Manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman berdasarkan kebijakan
manajemen yang lebih tinggi.
2.3.3
Korelasi Jenis-Jenis Pusat
Pertanggungjawaban Dengan Struktur Organisasi
Untuk
berfungsinya dengan memadai, pusat pertanggungjawaban seharusnya serupa mungkin
dengan struktur organisasi. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam
mendisain struktur organisasi dan membebankan tanggungjawab bervariasi dari
perusahaan ke perusahaa bergantung pada pemilihan manajemen puncak dan gaya
kepemimpinan. Berbagai pendekatan tersebut dapat dklasifikasikan sebagai
struktur vertikal dan horizontal. (Lubis 2010).
Selanjutnya
kaitannya dengan pertanggungjawaban, Siegel (1989), menyatakan pendekatan yang
digunakan untuk mendesain struktur organisasi dan pemberian tanggungjawab pada
perusahaan tergantung kepada pilihan manajemen puncak dan gaya kepemimpinan.
Beberapa struktur organisasi meliputi :
1. Vertical
Structure : Organisasi di bentuk berdasarkan
fungsi-fungsi yang ada. Misalnya terdapatnya fungsi produksi, penjualan, dan
keuangan. Masing-masing fungsi yang ada dapat dibagi dalam beberapa pusat
pertanggungjawaban. Fungsi produksi menggunakan cost center, fungsi
penjualan menggunakan revenue center, sedangkan top manajemen berfungsi
sebagai control dan pembuat kebijakan terhadap investasi.
2. Horizontal
Structure : Organisasi di bentuk berdasarkan area
geografis. Setiap pimpinan bagian melakukan control terhadap pusat laba ataupun
investasi. Mereka bertanggungjawab terhadap produksi, penjualan, dan keuangan
dan semua fungsi yang ada di grup/wilayah masing-masing.
Akuntansi
pertanggungjawaban sebagai kontrol perusahaan dengan diciptakannya jaringan
kerja yang bersamaan dengan struktur organisasi. Top manajemen membaginya dalam
struktur organisasi dan ditetapkan otoritas dan pertanggungjawabannya. Setiap
manajer pusat pertanggungjawaban hendaknya berusaha untuk mengendalikan
berbagai aktivitas yang berada dibawahnya dan mengkomunikasikannya kepada
bagian yang terkait.
2.3.4
Fixing Responsibility (Menetapkan
Pertanggungjawaban)
Setelah
menyeleksi tipe struktur organisasi tugas yang penting dalam membuat konstruksi
sistem perilaku pertanggungjawaban yang efektif adalah menggambarkan
pertanggungjawaban itu sendiri. Setiap orang memiliki pertanggungjawaban dan
tantangan, untuk merasa tanggungjawab maka setiap orang harus merasa memiliki
keahlian dan merasa diperlukan. Hal tersebut terimplikasikan dengan memilliki
kewenangan dalam membuat keputusan dan termotivasi untuk memperbaiki
kinerjanya.
Dalam
menetapkan pertanggungjawaban perlu adanya tugas yang spesifik untuk tugas
individu. Setiap orang diberi tanggungjawab dan ditentukan pula aktivitas dan
fungsinya, dalam kenyataannya adalah berarti tugas dengan atasan. Setiap
individu mempunyai tanggungjawab pada satu direksi, agar tidak terjadi overlapping
tanggungjawab.
Faktor
terpenting dalam menggambarkan tanggungjawab adalah persetujuan dengan direksi
dan pertanggungjawaban atas sumber daya yang didelegasikan berdasarkan fungsi
atau tugas. Dalam hal ini manajer harus memiliki kemampuan untuk memprediksi
perubahan yang signifikan, misalnya manajer marketing seharusnya dapat
mengontrol biaya advertising dan promosi.
Kontrol
merupakan pelengkap dalam lingkungan kerja yang perlu dipertimbangkan. The
Comitte on Cost Concept and Standard American Accounting Association, pada
tahun 1956, merekomendasikan hal berikut :
1. Setiap
orang dengan otoritas baik perolehan dan penggunaan barang atau service
seharusnya dapat ditentukan dengan cost tertentu.
2. Orang
yang signifikan mempengaruhi besarnya cost dalam tindakan mungkin dapat
ditentukan dengan cost.
3. Pada
saat tindakan tidak ada orang yang secara signifikan mempengaruhi cost maka
dapat diketahui dengan melihat elemen dalam manajemen yang berperan, maka orang
tersebut yang dapat membantu siapa yang bertanggungjawab.
2.3.5
Perencanaan, Akumulasi Data, dan
Pelaporan Berdasarkan Pusat Pertanggungjawaban
Setelah
struktur network dari pertanggungjawaban ditetapkan maka dilakukan
perencanaan, akumulasi data dan pelaporan. Elemen cost dan revenue keduanya
ada dalam anggaran dan dalam akumulasi hasil aktual.
2.3.5.1
Responsibility Budget (Anggaran
Pertanggungjawaban)
Secara
kronologis kita akan membandingkan antara anggaran yang telah ditetapkan dengan
pendapatan dalam segmen network. Hal ini akan menjadi dasar untuk mengevaluasi
kinerja karyawan dengan unit organisasi.
Karakteristik
dari anggaran pertanggungjawaban adalah tujuan kinerja pusat pertanggungjawaban
hanya untuk mengontrol cost dan revenue yang dikontrolnya,
setelah mempertimbangkan biaya controllable yang spesifik dalam pusat
pertanggungjawaban.
Controllable
cost tidak sama dengan direct cost, banyak yang
termasuk direct cost seperti misalnya depresiasi peralatan, dimana tidak
controllable dalam level pusat biaya dan seharusnya tidak
bertanggungjawab atas deperesiasi atau biaya lainnya yang formulanya tidak
berdampak pada tindakan supervisor, hanya contorllable yang ditetapkan
oleh kepada pusat biaya, sehingga manajemen memiliki dasar untuk membandingkan
antara aktual denngan kinerja yang diharapkan untuk menjudgement efektivitas
supervisor pusat biaya dengan semua level serta untuk mengidentifikasikan
sebab-sebab tidak efisiensi.
Proses
anggaran yang efektif dimulai dari level yang paling bawah dalam organisasi
untuk memperbandingkan antara anggaran yang diestimasikan untuk semua biaya
yang diestimasi untuk semua biaya yang dikontrolnya. Untuk otoritas yang lebih
tinggi mereview estimasi, cooperative dan memodifikasi bila diperlukan,
sampai pada akhirnya mengkombinasikan semua anggaran untuk level top manajemen.
2.3.5.2
Data Accumulation (Akumulasi Data)
Akumulasi
data merupakan fasilitas perbandingan secara periodik dari berbagai macam
rencana anggaran. Akumulasi dari aktual income dan item expense sangat
perlu untuk bentuk dari network pertanggungjawaban.
Ada
tiga dimensi dari pengklasifikasian antara biaya dan pendapatan selama proses
akumulasi data: (1) cost diklasifikasikan oleh pusat pertanggungjawaban
(2) pusat yang lainnya yang terdiri dari controllable dan noncontrollable
(3) tipe cost atau line item seperti gaji, perlengkapan, bahan baku
dan sewa. Disini tipe akumulasi data yang disediakan manajemen yang sebagian berdimensi
operasi, dahulu tiga dimensi akumulasi data tersebut tidak dapat digunakan
karena secara teknis tidak praktis sebab hanya manual dan semi manual untuk
akumulasi data.
2.3.5.3
Responsibility Reporting (Pelaporan
pertanggungjawaban)
Hasil
akhir dari sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah pelaporan
pertanggungjawaban secara periodik atau laporan kinerja. Laporan merupakan
media untuk melaporkan biaya yang dikontrol, pengukuran efisiensi manajemen
serta pencapaian tujuan.
Untuk
efisiensi laporan hendaknya berbentuk piramid artinya manajer
pertanggungjawaban menerima hanya satu laporan, laporan yang sifatnya detail
ada pada level tingkat paling bawah yang diterbitkan pertama lalu yang
dilaporkan pada level yang lebih tinggi, hasil yang dilaporkan pada level yang
lebih tinggi isinya semakin ringkas. Major akuntansi pertanggungjawaban
memberikan kontribusi bagi manajemen dalam mengontrol biaya dan efisiensi dari
pertanggungjawaban yang telah ditetapkan.
Selanjutnya
Mulyadi, menjelaskan bahwa prosedur penyusunan pelaporan pertanggungjawaban
adalah sebagai berikut :
1.
Tiap-tiap pusat pertanggungjawaban
setiap periodenya (bulan/triwulan) menyusun laporan atas biaya yang terjadi dan
menjadi tanggungjawab departemen atau bagiannya. Biaya yang dilaporkan oleh
tiap-tiap pusat pertanggungjawaban adalah biaya yang sesungguhnya terjadi (actual
cost).
2.
Laporan atas biaya yang seungguhya
terjadi ini, diserahkan kepada penyusun laporan perusahaan keseluruhan
(biasanya departemen/staff controller/bagian akuntansi).
3.
Bagian penyusunan laporan perusahaan
keseluruhan (controller/bagian akuntansi) mengolah data-data yang berasal dari
laporan tiap-tiap pusat pertanggungjawaban.
4.
Kemudian bagian penyusunan laporan
perusahaan menyusun (controller/pengawas/bagian akuntansi) membandingkan antara
anggaran yang tersedia dan biaya yang sesungguhnya terjadi.
5.
Terakhir, controller atau pengawas
intern mengirimkan laporan pertanggungjawaban tersebut ke masing-masing pusat
pertanggungjawaban yang dinilai dan kepada atasan dari pusat
pertanggungajawaban tersebut.
2.3.6
Asumsi Keperilakuan dari Akuntansi
Pertanggungjawaban (Behavior Assumption Of Responsibillity Accounting)
Rencana pertanggungjawaban, akumulasi
data, dan sistem pelaporan semuanya berdasarkan pada asumsi operasi dan
perilaku manusia, termasuk :
1.
Management by exception (MBE)
yaitu adanya kecukupan kontrol operasi yang efektif.
2.
Management by objective (MBO)
bahwa hasil berdasarkan anggaran, standar cost, tujuan organisasi, dan
mencapai hasil berdasarkan rencana kerja.
3.
Manajer dan bawahan menerima
pertanggungjawaban dan akuntabilitas yang ditetapkan berdasarkan hirarki
organisasi.
4.
Sistem akuntansi pertanggungjawaban
lebih kepada kooperasi dibanding persaingan.
2.3.6.1 Management
By Exception (MBE)
MBE
sangat efektif untuk mengatur dan mengontrol aktivitas organisasi, manajer
harus berkonsentrasi pada deviasi anggaran atau tujuan dasar. Karakteristik
laporan periodik dari akuntansi pertanggungjawaban yang ideal adalah
menggambarkan manajemen dalam area deviasi dari aturan yang telah ditentukan
dan termasuk menentukan tindakan perbaikan untuk penguatan atau perbaikan
perilaku.
Untuk
meralat dari persepsi dari laporan selisih, perusahaan seharusnya menyediakan
sistem reward yang cukup atas pencapaian hasil dengan kinerja yang
sukses. Semua manajer seharusnya menerima bayaran yang cukup baik, varians yang
baik, maupun yang tidak baik. Baik aspek yang bersifat positif maupun yang
bersifat negative dalam kinerja akuntansi pertanggungjawaban akan menjadi alat
manajemen yang penting.
2.3.6.2 Management
By Objective (MBO)
Dalam
akuntansi pertanggungjawaban, manajemen mengontrol dirinya sendiri. Disini
orang-orang melakukan tugasnya sendiri sebab mereka percaya mereka mampu
mengarahkan sendiri dalam pekerjaan mereka. MBO memberi fasilitas kepada
manajer dan bawahannya untuk memformulasikan tujuan dan aktivitas untuk pusat
pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban menyediakan kerangka yang
ideal untuk memformulasikan tujuan secara detail.
Untuk
mendapatkan motivasi dan komunikasi dari MBO dan akuntansi pertanggungjawaban,
kondisi lingkungan yang baik harus ada, semuanya termasuk :
1) Dalam
mensetting tujuan dari akuntansi pertanggungjawaban, top manajemen menyediakan
semua petunjuk yang spesifik atas semua tujuan perusahaan secara keseluruhan.
2) Dalam
memformulasikan secara detail tujuan kinerja dan rencana kerja, top manajemen
dan manajer akuntansi pertanggungjawaban harus secara maksimal menyeleraskan
antara kebutuhan pribadi dan aspirasi dari grup dan tujuan perusahaan secara
keseluruhan.
3) Motivasi
timbul jika orang-orang percaya bahwa tercapainya tujuan perusahaan secara
simultan akan memenuhi kebutuhan pribadinya.
4) Jika
tujuan perusahaan merasa milik mereka juga, maka tujuan hubungan internal
perusahaan akan selaras dengan keselarasan tujuan menjadi berharga.
Manajer
dan bawahan harus berkerjasama, misalnya bawahan diajak bekerja sama dalam
memformulasikan realistic cost dan target pendapatan dan akan
dipresentasikan pada level yang lebih tinggi dalam pusat pertanggungjawaban.
Setelah direview tidak selamanya sumber daya yang dirasa perlu oleh bawahan itu
diberikan, karena mereka juga harus dapat melakukan penyesuaian (reduction)
disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
Hasil
kinerja dievaluasi sebagai alat untuk mengetahui varians yang terjadi, siapa
yang berhak menjelaskan mengapa itu terjadi dan menentukan tindakan perbaikan.
Hasil kinerja secara periodic tidak hanya untuk mendapatkan reward ataupun
hukuman, selain itu untuk motivasi dalam memperbaiki kualitas tidakan
perbaikan.
2.3.6.3
Kesesuaian Antara Jaringan
Pertanggungjawaban dan Struktur Organisasi (Coincidence Between Responsibility
Network And Organizational Structure)
Akuntansi
pertanggungjawaban berasumsi bahwa kendali organisatoris diingkatkan dengan
menciptakan suatu jaringan dari tanggungjawab memusat yang bersamaan dengan
struktur organisasi formal.
Top
manajemen mendelegasikan dan memberikan otoritas kepada manajer dibawahnya
berdasarkan hirarki organisasi yang menugaskan otoritas dan tanggungjawab untuk
tugas-tugas spesifik. Ketika otoritas ditugaskan kepada para manajer, mereka
mempunyai wewenang untuk bertindak secara resmi dalam lingkup pendelegasian
mereka dan untuk mempengaruhi bawahan mereka.
Pusat
pertanggungjawaban adalah dasar untuk menyusun sistem akuntansi
pertanggungjawaban keseluruhan, kerangka untuk itu harus didesain secara
hati-hati. Struktur organisasi harus dianalisa dari kelemahan pendelegasian
tugas dan wewenang.
2.3.6.4
Penerimaan Tanggungjawab (Acceptance
of Responsibility)
Unsur
yang terpenting dalam keberhasilan penerapan sistem akuntansi
pertanggungjawaban adalah bahwa manajer pusat pertanggungjawaban menerima
tanggungjawab dan tugas yang diberikan kepadanya dengan layak dan kesediaan
mereka melaksanakannya.
Para
manajer akan merasa bersedia menerima tugas dan tanggungjawab tersebut dengan
baik jika mereka merasa dibutuhkan secara fisik dan sumber daya. Mereka akan
melaksanakannya dengan baik jika budaya organisasi dimana tempat mereka
menjalankan tugas memberikan kebebasan untuk melaksanakan tugas dengan
cara-cara mereka sendiri. Budaya organisasi yang ada juga harus dapat memberikan
toleransi jika mereka mengalami kegagalan. Dan para manajer hendaknya diberikan
kebebasan untuk mengeluarkan pendapat dan pandangan mereka sendiri tanpa adanya
rasa takut.
Ketika
sistem akuntansi pertanggungjawaban mengukur keberhasilan mereka atau kegagalan
mereka, ada suatu kepercayaan bahwa mereka diawasi dan dikendalikan oleh para
atasannya. Penentuan pencapaian sasaran yang dihubungkan dengan akuntansi
pertanggungjawaban akan meningkatkan komunikasi diantara mereka dengan terbuka,
dan mereka dapat menentukan ukuran dan strategi yang hendak dicapai.
2.3.6.5 Kapabilitas
Untuk Mendorong Kerja Sama (Capability of Inducing Cooperation)
Akuntansi
pertanggungjawaban mampu meningkatkan kerjasama organisasi yang memperlihatkan
para manajer bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Akuntansi
pertanggungjawaban juga menunjukan tingkat loyalitas mereka, kemampuan mereka
dalam membuat keputusan mereka sendiri di dalam kerangka tanggungjawab yang
didelegasikan kepada mereka. Mereka merasa menjadi bagian penting dalam
organisasi sehingga mereka merasa dihargai dan akan bersama-sama mempunyai
keinginan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Semangat kerjasama mereka akan
tercipta dan meningkat dan menyakinkan mereka bahwa mereka sedang mencapai
tujuan yang dirumuskan bersama. Mereka merasa menjadi sesuatu hal yang penting,
dan tentu saja mereka akan berpikir bahwa jika terjadi kegagalan tentulah akan mempengaruhi
masa depan.
Tekanan
yang berlebihan dalam pencapaian tujuan, meski diperbolehkan akan menghancurkan
manfaat yang diperoleh dari kerjasama yang harmonis. Sebagai gantinya, mungkin
adalah kompetisi yang tidak sehat diantara bagian dan adanya tekanan yang
ekslusif dalam jangka pendek.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akuntansi
manajemen dibangun di atas dasar perilaku manusia dalam organisasi. Akuntansi
pertanggungjawaban merupakan salah satu bidang dari akuntansi manajemen yang
dihubungkan dengan wewenang yang dimiliki oleh setiap manajer atau dengan kata
lain akuntansi pertanggungjawaban merupakan media pengendalian.
Pencapaian
tujuan organisasi sangat dipengaruhi oleh perilaku manusia dalam organisasi.
Biasanya, sebuah perusahaan diorganisasi sepanjang garis pertanggungjawaban.
Ketika organisasi menjadi bertambah besar, garis pertanggungjawaban menjadi
lebih besar dan lebih banyak. Struktur tradisional menjadi tidak praktis.
Praktek kontemporer saat ini sedang bergerak menuju suatu suatu hierarki yang
datar. Struktur ini, yang mengandalkan tim-tim kerja, konsisten dengan
desentralisasi. Oleh karena itu penerapan metode-metode dan teknik-teknik
akuntansi manajemen harus mempertimbangkan perilaku manusia.
Secara
umum akuntansi pertanggungjawaban dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang
meliputi perencanaan, pengukuran dan evaluasi informatika atau laporan
akuntansi dalam suatu organisasi yang terdiri dari beberapa pusat
pertanggungjawaban dimana tiap-tiap pusat tanggungjawab dipimpin oleh seorang
manajer yang bertanggungjawab atas aktivitas yang dipimpinnya.
Perbedaan
mendasar akuntansi pertanggungjawaban dan akuntansi konvensional adalah
terletak pada perencanaan, klasifikasi, dan pengumpulan data. Akuntansi
konvensional mengklasifikasikan data berdasarkan pada sifat atau fungsi dari
biaya, sedangkan akuntansi pertanggungjawaban lebih menitikberatkan pada
pertanggungjawaban atas kejadia dan control secara individual.
Untuk
tujuan pengendalian biaya, struktur organisasi diharapkan mampu menjelaskan
hubungan pusat-pusat pertanggungjawaban secara individu, Jaringan organisasi,
atau pertanggungjawaban secara ideal mampu menggambarkan bagaimana
masing-masing fungsi mampu mengelola input untuk menghasilkan output secara
efisien.
Setelah
struktur network dari pertanggungjawaban ditetapkan maka dilakukan perencanaan,
akumulasi data dan pelaporan. Elemen cost dan revenue keduanya ada dalam
anggaran dan dalam akumulasi hasil aktual. Langkah ini meliputi penentuan
responsibility budget, akumulasi data, dan pelaporan pertanggungjawaban oleh
pusat-pusat pertanggungjawaban.
Rencana
pertanggungjawaban, akumulasi data, dan sistem pelaporan semuanya berdasarkan
pada asumsi operasi dan perilaku manusia, termasuk :
a) Management
by exception (MBE) yaitu adanya kecukupan kontrol
operasi yang efektif.
b) Management
by objective (MBO) bahwa hasil berdasarkan anggaran, standar
cost, tujuan organisasi, dan mencapai hasil berdasarkan rencana kerja.
c) Manajer
dan bawahan menerima pertanggungjawaban dan akuntabilitas yang ditetapkan
berdasarkan hirarki organisasi.
d) Sistem
akuntansi pertanggungjawaban lebih kepada kooperasi dibanding persaingan.
3.2 Saran
Saran kepada
mahasiswa agar dalam proses perkuliahan dengan sistem diskusi ini memiliki
literatur dari sumber yang berbeda sehingga dapat kita bandingkan dan nantinya
mungkin akan menghasilkan sebuah teori baru yang berguna bagi dunia akuntansi
secara global, selain itu hal ini juga mengasah wawasan para mahasiswa untuk
menjadi semakin berkembang dan luas cakupan pengetahuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar